Bantaeng, MELEKNEWS – Seorang bocah di Bantaeng rela menghabiskan waktunya menjual kerang ayahnya dijalan untuk menyambung hidup keluarganya.
Ikbal bocah berusia 8 tahun ini hampir setiap hari menggayuh sepedanya keliling dari kampung ke kampung menjajakan kerang atau yang lebih dikenal di kabupaten berjuluk Butta Toa ini “esa-esa hasil jerih oayah ayahnya sendiri.
Ikbal sendiri adalah murid SD DI salah satu sekolah yang diKabupaten Bantaeng.
Bocah yang seharusnya habiskan hatinya dengan bermain bersama teman sebayanya ini rela terus menggayuh sepeda tuanya untuk membantu orang tuanya
Dengan penuh semangat dan keikhlasan, Ikbal terus menggayuh sepedanya terlihat beberapa kantong kerang tergantung di kiri kanan setir sepeda tuanya yang sudah agak karatan. Tak ada raut berat di wajah polosnya, padahal ia turut menjalankan ibadah puasa layaknya orang dewasa.
Siang itu, Jumat, 15 Mei 2020, sambil mengaso ia berbagi kisahnya, Ikbal memarkir sepedanya di depan gerbang Polres Bantaeng, jalan Sungai Bialo. Setelah menepi, ia duduk di trotoar. Senyumnya sumringah, ia menghitung plastik-platik jualannya.
“sisa sedikit, sebentar lagi habis ini baru saya pulang ke rumah,” kata Ikbal dengan riangnya. Semakin cepat ia menghabiskan jualan, semakin cepat pula waktunya untuk pulang ke rumah dan bermain dengan kedua adiknya.
Beberapa lembar uang ia masukkan ke saku celananya. Sepertinya, celana merah yang dipakai Ikbal siang itu adalah celana seragam sekolah yang ia pakai saat belajar, berpadu dengan kaos kuning lusuhnya ia menyusuri jalan setapak demi setapak mencari rejeki.
Ikbal baru saja melayani seorang pelanggan. Ia berdagang kerang atau yang dikenal dengan istilah Tude dan Esak-esak di Kabupaten Bantaeng. Orang setempat biasa menjadikan kerang kecil itu sebagai lauk, sangat nikmat dimasak bersama beberapa batang sereh.
Yah dengan sepeda bututnya ia berkeliling menjajakan belasan hingga puluhan bungkus plastik bening berisi Tude seharga Rp.5000 rupiah perbungkus. Kerang-kerang itu adalah hasil jerih payah ayahnya, Aco, yang sejak subuh pergi ke pesisir pantai menggali pasir untuk mendapatkannya.
Kadang seember dua ember dibawanya pulang sekira jam 10 pagi, untuk kemudian dibersihan oleh istrinya yakni Anti dan dimasukkan kedalam plastik bening. Selanjutnya, menunggu putra pertama mereka, pulang sekolah dan membawa kerang-kerang tersebut untuk dijadikan uang.
Bekerja memang sudah menjadi aktivitas Ikbal, baik semasa sekolah, libur sekolah, semasa pandemi dan bulan puasa. Kata Ikbal saat waktu normal bersekolah sebelum masa pandemi, sepulang sekolah ia langsung bergerak menuju rumah dan lanjut berjualan. Ia sudah cukup bermain dengan teman-teman saat istirahat jam pelajaran. Setelah itu waktunya untuk membantu ibu dan ayah di rumah.
Di masa pandemi hingga saat ini, rata-rata ia berjualan saat siang menjelang waktu petang. Seperti hari ini, biasanya beberapa ibu-ibu yang tidak sempat ke pasar membeli Kerang dari Ikbal, apalagi harganya terbilang sangat murah.
Bermain, belajar dan bekerja baginya bukan hal baru lagi. Ikbal pun dengan senang hati membantu orang tuanya. Sebagai putra pertama, ia merasa pantas menerima amanah untuk membantu orang tua selagi ia bisa.
Yah, Ikbal adalah putra sulung dengan dua orang adik yang masih kecil. Adik yang pertama saat ini sedang bersekolah di TK, sedang yang satunya lagi masih bayi belum genap setahun usianya.
Baginya bekerja bukan hal sulit, membantu orang tua adalah sesuatu bernilai luhur. Ia sama sekali tak merasa risih ataupun malu kepada teman-temannya.
“saya tidak malu, kenapa harus malu,” ujarnya dengan polos. Sebuah keteguhan terpatri di dirinya. Prinsip kedisiplinan juga ia pegang teguh. Walaupun sebagian besar waktunya untuk membantu orang tua, namun ia tak pernah kehilangan mimpi-mimpinya untuk bisa sekolah tinggi dan menggapai cita-citanya. Saat bersekolah, Ikbal tetap rajin ke sekolah, mengikuti pelajaran dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru.