MelekNews, Bantaeng – Program belajar di rumah dengan sistem online yang mulai diterapkan sejak wabah virus Corona sudah mulai menjalar di negara ini ternyata banyak dikeluhkan oleh orang tua siswa
Pasalnya sejak program itu diberlakukan pengeluaran para orang tua bertambah dengan adanya kewajiban mereka untuk membelikan anaknya kuota supaya bisa tetap aktif dan online.
Hal seperti ini juga dirasakan oleh Sampara (50) yang kesehariannya mencari nafkah dijalan sebagai pengayuh becak.
Warga kampung Tala-tala, kelurahan Bonto Rita, kecamatan Bissappu ini menuturkan kalau dirinya harus lebih giat lagi mencari penumpang untuk bisa mendapatkan uang tambahan sebagai pembeli kuota untuk dipakai belajar online anaknya.
“Saya harus lebih lama lagi dijalan mencari nafkah untuk bisa mendapatkan uang pembeli data anak saya” ucapnya Kamis (9/4/2020)
Apalagi semenjak wabah virus Corona ini melanda pendapatan mulai berkurang dikarenakan kurangnya orang yang melakukan aktifitas diluar rumah
“Saat sekarang ini penumpang lagi sepi semenjak virus Corona jadi otomatis pendapatan juga berkurang tapi disisi lain pengeluaran bertambah karena adanya tuntutan untuk beli kuota” jelasnya.
Menurut Sampara kuota anaknya ini terkadang cepat habis karena ketika selesai belajar online anaknya ini melanjutkan dengan main game.
“Bagaimana tidak cepat habis datanya kalau selesai mengerjakan tugasnya dia lanjut main game dan ketika Habis kaki harus membelikannya kembali dikarenakan itu adalah tuntutan pembelajaran” tuturnya.
Menyikapi hal ini kepala dinas Pendidikan dan kebudayaan kabupaten Bantaeng, Muh. Haris mengatakan kalau
Belajar dalam jaringan atau online diterapkan sejak Perintah bekerja dirumah yang dikeluarkan oleh Bupati Bantaeng, Ilham Azikin.
Kegiatan belajar di rumah ini diberlakukan untuk semua sekolah yang ada dibawah tanggung jawab Dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten Bantaeng yang berjumlah 82 TK, 149 SD, dan 42 SMP
‘ kegiatan belajar di rumah ini kita berlakukan untuk semua sekolah yang ada diKabupaten Bantaeng” jelasnya.
Menurut Haris untuk siswa yang tidak memiliki smartphon atau tidak ada jaringan ditempat tinggalnya maka gurulah yang diberi tugas oleh kepala aekolah untuk mengantar Bahan Ajar ke rumah masing-masing anak didiknya.
Hal ini juga dilakukan untuk mengantisipasi perekonomian orang tua para anak didik yang kurang mampu yang dimana melalui dana BOS sekolah dapat men copy kan bahan ajar tersebut kemudian diantarkan kerumah anak didik.
“Jadi tidak ada masalah jika ada orang tua siswa yang kurang mampu karena proses belajar di rumah ini masih bisa dilakukan dengan cara guru mengcopy bahan ajar kemudian dibawakan kerumahnya” ungkapnya.
Semua bisa tetap berjalan efektif cuam bedanya siswa belajar secara mandiri dan di bantu oleh org tua atau kakaknya sedangkan
Pihak sekolah atau guru melakukan pemantauan dwngan menggunaka alat komunikasi lewat, Telpon, WA.
Selain itu juga pemantauan juga bisa dilakukan dengan menggunakan leqat Teleconfrence dengan apalikasi Zoom Cloud Mett sehingga kepala sekolah,. Guru, pengawas serta kepala Dinas pendidikan bisa mejalankan sitem 4K (Komunikasi, Konfirmasi, Kolaborasi dan Konteol).
Haris menmbahkan kalau belajar daring atau di rumah bukan berarti sepenuhnya harus online akan tetapi metode pembelajaran ini bisa dilakukan dengan mengirim foto keguru sebagai bukti bahwa anak didik tersebut memang belajar dan tidak keluar rumah.