PINRANG, MELEKNEWS.ID – Sebuah kejutan keras namun menyegarkan mewarnai Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pinrang, 29 November 2025. Acara Talkshow dan Showcase Pembelajaran Mendalam yang digelar BBGTK Sulsel tiba-tiba berubah arah hanya dalam hitungan menit.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII, Bahruddin Iskandar, M.Pd., mengambil langkah tak biasa. Ia memotong sambutannya menjadi hanya dua menit, lalu langsung melempar panggung kepada Riaesty Dian Pertiwi Hashary, S.Pd., M.Pd., guru SMAN 1 Pinrang yang baru kembali dari Jepang. Tanpa basa-basi, audiens langsung menyambutnya dengan riuh.
Langkah spontan itu menjadi pemantik suasana. Para peserta pelatihan seperti mendapat suntikan energi baru, menyadari bahwa hari itu bukan sekadar acara formal melainkan panggung besar berbagi gagasan dan terobosan.

Riaesty, guru berprestasi yang menjadi delegasi Sulawesi di ASEAN–Japan Teacher Exchange Program 2025, tampil sebagai sorotan utama. Ia hadir bukan untuk pamer gelar, tetapi membawa pulang pengalaman yang diuji melalui seleksi ketat bersama 54 peserta terbaik dari seluruh Indonesia.
Ia menegaskan bahwa kemampuannya berbahasa Inggris serta konsistensi dalam menjalani tahap administrasi hingga wawancara menjadi kunci keberhasilannya menembus program yang digelar Kemendikbudristek bersama Japan Foundation tersebut.
Acara ini turut dihadiri pejabat pendidikan Pinrang, perwakilan BBGTK Sulsel, para fasilitator, dan ratusan peserta pelatihan. Semua tampak serius menyimak paparan yang dijanjikan akan membuka cara pandang baru tentang pendidikan.
Baharuddin Iskandar sendiri menegaskan kekagumannya. “Ibu Riaesty adalah berkah bagi Pinrang. Pengalaman internasionalnya harus menjadi pemantik perubahan. Guru seperti ini tidak boleh hanya berdiri di belakang layar,” tegasnya.
Dalam pemaparannya, Riaesty menuturkan perjalanan 12 harinya menjelajahi sekolah-sekolah di Tokyo dan Yamagata. Ia menyaksikan langsung disiplin belajar siswa Jepang, budaya literasi reflektif yang kuat, dan cara guru mengelola kelas tanpa banyak teriakan, tetapi penuh ketegasan.
Ia mengaku terpukau dengan kebiasaan siswa menjaga kebersihan sekolah. “Tidak ada sampah. Semua murid bertanggung jawab. Itu bukan teori, itu budaya,” ujarnya. Ia menegaskan konsep itu sangat mungkin diadaptasi di Pinrang melalui penguatan karakter di Kurikulum Merdeka.
Riaesty juga mendorong agar praktik baik yang disajikan dalam Talkshow dan Showcase tidak berhenti di ruangan itu. Ia meminta para peserta memperbaiki esai dan video mereka agar layak diikutkan dalam ajang Apresiasi GTK tahun depan. Menurutnya, semakin banyak guru Pinrang tampil di level nasional dan internasional, semakin cepat pendidikan Pinrang melompat.

Di ujung sesi, ia mengingatkan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang bersih, kondusif, dan menyenangkan. “Karakter adalah fondasi. Tanpa itu, pembelajaran mendalam hanya jadi slogan,” tegasnya.
Dengan nada optimistis namun tegas, ia menutup paparannya: “Pinrang harus bergerak lebih cepat. Semangat ini jangan padam. Kita siap melangkah menuju pendidikan yang jauh lebih baik.” tegasnya.





