MAKASSAR, MELEKNEWS.ID – Debat publik calon gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Selatan antara pasangan Ramdhan Pomanto-Azhar Arsyad (DIA) dan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi (Andalan Hati) berlangsung lancar di Hotel Claro Makassar pada Minggu (10/11/2024). Acara yang dihadiri oleh para pendukung dan tokoh masyarakat ini berjalan dinamis, dengan kedua pasangan calon menampilkan visi dan misi mereka untuk kemajuan Sulawesi Selatan.
Pasangan Andalan Hati, yakni Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi, dinilai tampil percaya diri dan meyakinkan. Andi Sudirman, yang pernah menjabat sebagai gubernur, mendapatkan apresiasi atas pendekatan yang dinilai realistis dan membumi. Penyampaiannya yang mengedepankan program-program yang sudah terbukti menjadi keunggulan tersendiri bagi pasangan ini.
Menurut pengamat dan akademisi Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Muhammad Hasyim, pendekatan Andi Sudirman dianggap lebih konkret dibandingkan pesaingnya.
“Andi Sudirman telah menunjukkan hasil nyata dalam kepemimpinannya sebelumnya, yang akan dijadikan acuan jika ia kembali terpilih,” ujar Prof. Hasyim. Ia menyebutkan bahwa pendekatan Andi Sudirman yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan komitmen terhadap kebijakan yang berkelanjutan menjadi poin penting.
Dalam debat, Andi Sudirman menegaskan komitmennya terhadap hilirisasi industri, dukungan pada UMKM, dan peningkatan kesejahteraan desa.
Menurutnya, pembangunan yang berpihak pada masyarakat desa dan peningkatan daya saing UMKM adalah prioritas untuk menciptakan perekonomian yang berkelanjutan. “Kita akan terus mendorong agar produk lokal Sulawesi Selatan dapat bersaing di pasar nasional dan internasional,” jelasnya.
Di sisi lain, pasangan DIA yang diusung oleh Ramdhan Pomanto dan Azhar Arsyad menawarkan inovasi baru melalui program yang disebut “offtaker government”. Program ini bertujuan untuk memberikan jaminan harga bagi hasil produksi petani dengan cara pemerintah membeli produk mereka dengan harga yang lebih tinggi daripada harga pasar. Program ini diharapkan dapat membantu petani mendapatkan penghasilan yang lebih layak.
Danny Pomanto mencontohkan kesuksesan program bank sampah yang pernah ia gagas di Makassar sebagai dasar dari konsep “offtaker government”. Menurutnya, keberhasilan bank sampah menjadi bukti bahwa pemerintah dapat berperan sebagai penyeimbang pasar dan menjaga stabilitas harga. “Program ini akan kami perluas ke sektor pertanian untuk membantu petani yang sering terdampak fluktuasi harga,” ujar Danny.
Namun, beberapa pihak mengkritisi program offtaker government karena dinilai membutuhkan anggaran besar yang mungkin sulit direalisasikan di skala provinsi. Salah satu kekhawatiran yang muncul adalah bahwa dana besar diperlukan untuk menyerap seluruh hasil produksi petani, sementara kemampuan fiskal pemerintah daerah terbatas. Program ini juga dikhawatirkan hanya bersifat jangka pendek tanpa rencana keberlanjutan yang jelas.
Prof. Hasyim juga menyoroti perbedaan pendekatan antara kedua pasangan calon. Menurutnya, apa yang dikemukakan oleh Andi Sudirman terlihat lebih nyata dan berdasarkan pengalaman selama kepemimpinan sebelumnya, sementara konsep dari Danny Pomanto masih berada dalam tahap gagasan.
“Kebijakan Andi Sudirman sudah memiliki hasil yang dapat diukur, sedangkan konsep Danny lebih membutuhkan perencanaan mendalam dan kajian kelayakan,” tambahnya.
Secara keseluruhan, debat publik ini menampilkan perbedaan yang cukup mencolok dalam pendekatan kebijakan dari kedua pasangan calon. Pasangan Andalan Hati dengan program-program yang lebih terukur dan DIA dengan inovasi yang berfokus pada stabilitas harga menjadi sorotan dalam debat kali ini.


